JAKARTA,KLIKPAPUA.com–Hampir setahun diangkat oleh Presiden Jokowi, Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) melakukan survey analisis, untuk menilai kontribusi Staf Khusus Milenial Presiden RI.
Dengan gabungan metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif, FPMSI menggunakan analisis meta dari kata kunci, dengan mengkstraksi pemberitaan online yang muncul di media arus utama, serta melakukan observasi diskusi untuk mengukur perspektif masyarakat tentang kinerja Stafsus Muda yang baru genap satu tahun ditunjuk Presiden ini, melalui beberapa kanal media sosial, seperti : Whatsapp Grup, Facebook Grup, Twitter, Youtube dan pemberitaan media online.
Tujuan diadakan kajian kinerja Staf Khusus Presiden Milenial adalah untuk dapat memberikan pandangan objektif, dan masukan kepada Para Pembantu Presiden ini, untuk dapat bekerja lebih baik lagi kedepanya.
FPMSI, merupakan sebuah Lembaga kajian Analisa independent, yang bertugas menganalisa dan mengukur trend perkembangan di masyarakat melalui Analisa menyeluruh media arus utama, maupun media daring, termasuk media sosial. FPMSI yang berpusat di Jakarta Pusat ini, keanggotaan ahlinya terdiri dari pegiat media sosial, ahli komunikasi publik, ahli strategi branding, dan penulis freelance.
Ada 4 komponen utama yang menjadi acuan penilaian kinerja Stafsus Milenial tersebut adalah: Kinerja dan Aksi Nyata mereka di Masyarakat, Persepsi Publik terhadap masing-masing Staf Khusus Presiden RI, Masukan-masukan Kebijakan yang diberikan Kepada Presiden RI dan berubah menjadi sebuah Payung Hukum, , dan Persepsi Publik Terhadap Kapabilitas yang dimiliki.
Untuk Komponen Pertama, yaitu Komponen Kinerja Aksi Nyata, dari hasil pengumpulan data, dengan melakukan analisa terhadap 100 pemberitaan online pertama yang muncul, ketika kata “Stafsus Milenial Presiden RI” di google, menunjukkan 3 nama teratas yang muncul yaitu: Putri Tanjung (20%) , Billy Mambrasar (32%), dan Angkie Yudistia (20%).
Dalam pemberitaan online yang muncul, Billy Mambrasar unggul dalam aksi nyata yang berulang selama Covid 19 berlangsung, diantaranya adalah membagi bantuan sosial untuk asrama Mahasiswa Papua, membantu Satgas Covid-19 di BNPN, membagi sembako untuk warga miskin, dan membantu uang sekolah anak jalanan. Putri Tanjung terlihat aktif mendorong program Pahlawan Digital UMKM, dan Angkie Yudistia yang berhasil mendorong lahirnya Perpres tentang Disabilitas.
Pada komponen penilaian kedua, yaitu kajian persepsi publik, hasilnya tidak terlalu berbeda dengan Komponen pertama. Mayoritas responden memiliki pandangan positif terhadap Putri Tanjung, Billy Mambrasar, dan Angkie Yudistia. Billy Mambrasar memiliki angka tertinggi dengan Skor 25.7%, dengan sanjungan terhadap kontribusinya untuk mempromosikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, serta mendorong Inpres Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat. Putri Tanjung memiliki reputasi positif dengan angka presentase 18.7% dengan pemberitaan terkait inisiatifnya mengerjakan program “Ngobrol Sesudah Sore” dengan bekerja sama dengan Telkomsel. Tak beda jauh dengan Angkie Yudistia yang mendapatkan data presentase mendekati Putri Tanjung, sebesar 18.5% dengan pemberitaan yang berkaitan dengan perjuangan kaum disabilitas dan menjadi juru bicara sosial Presiden Jokowi.
Untuk Komponen ketiga, yaitu memberikan masukan Kebijakan Kepada Presiden RI, Billy Mambrasar, Angkie Yudistia, dan Aminudin Maruf menunjukkan kontribusi yang paling banyak. Angkie Yudistia memberikan masukan terlibat aktif memberikan masukan kebijakan untuk Presiden terkait isu Disabilitas, hingga keluar Perpres No.68 tahun 2020. Billy Mambrasar juga memberikan masukan yang mendalam terkait Inpres No. 9 Tahun 2020 Tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat, dan juga menuliskan rekomendasi kebijakan yang bermuara terhadap peningkatan kesejahteraan Guru Honor di Indonesia.
Terakhir, yaitu pada Uji Persepsi Publik terkait Kapabilitas atau kemampuan dan pengusaan Stafsus Milenial Presiden RI atas bidangnya, dari studi kualitatif dilakukan ke beberapa responden, menunjukkan bahwa Stafsus Milenial Presiden RI yang paling mumpuni dalam bidangnya adalah Aminudin Maruf (kemampuan menjembatani komunikasi antara Pesantren-pesantren dengan Presiden RI) , diikuti dengan Billy Mambrasar (Mumpuni dalam menganalisa dan memberikan masukan terkait Pembangunan 3T, Isu Papua, Pendidikan dan pengembangan kewirausahaan), dan Angkie Yudistia (Kemampuannya memastikan terpenuhinya hak-hak kaum disabilitas).
Staf khusus lainnya, berdasarkan seluruh kajian dan hasil survey, khususnya Ayu Kartika Dewi, dan Staf Khusus Presiden RI senior, seperti Dini Poerwo, Fadjroel Rachman, dan Stafsus Senior lainnya, belum menunjukkan kontribusi kinerja yang nyata.
Edy Marshal mengatakan, Stafsus Milenial Presiden sudah seharusnya dapat membuktikan kinerjanya kepada masyarakat dengan memberikan kontribusi yang nyata, terlebih di tengah krisis pandemik. Edy menambahkan, setidaknya edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan dorongan di tengah pandemik yang diketahui banyak menguras ekonomi, pendidikan dan aspek lainnya.
“Dari kajian yang kami lakukan ini, ternyata memang benar, bahwa tidak semua Staf Khusus Milenial Presiden RI berkontribusi secara nyata di masyarakat, hanya ada beberapa Seperti Billy Mambrasar, Putri Tanjung, dan Angkie Yudistia” tutup Edy Marshal, Ketua FPMSI, seolah membenarkan kata-kata Mantan Presiden RI, Megawati Soekarno Putri.
Edy juga menambahkan, bahwa anak millenial harus berkontribusi yang kongkrit dan nyata. “Kita harus berfikir positif yang sampaikan Ibu Megawati ini sebagai cambuk dari seorang Ibu Bangsa, hingga kita bisa memberikan kontribusi kongkrit yang nyata untuk Indonesia,” tambah Edy.
Selain penilaian terhadap kinerja Stafsus Milenial Presiden, tim penelitian dan FPMSI juga melakukan penelitian meta terhadap pemberitaan yang berkaitan berbagai program kerja pemerintah, dan salah satunya adalah analisis kinerja pemerintahan Jokowi selama masa pandemik Covid-19.(rls/kp1)