MANOKWARI,KLIKPAPUA.COM– Tim Fakultas Peternakan Universitas Papua (Fapet-Unipa) Manokwari melaksanakan kegiatan inovasi teknologi Produksi Pupuk Cair (POC) dari kotoran kambing.
Adapun pendanaan dalam kegiatan tersebut, merupakan jawaban atas proposal Tim Fapet Unipa kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kemenristekdikti. “Jadi tim kami, merupakan salah satu yang didanai BRIN pada tahun 2020 ini, sehingga kami diberikan kesempatan (pendanaan) untuk pengabdian kepada masyarakat. Aplikasi inovasi Teknologi Peternakan tepat guna untuk menunjang ketahanan pangan pada masa recovery covid-19 di Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari Papua Barat,” ujar Koordinator Tim Fapet Unipa, Evi Waringtan Saragih,S.Pt., M.Sc.,pH.D, Minggu (23/8/2020).
Evi Waringtan Saragih mengatakan tim fakultas peternakan Unipa Manokwari melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat tahun 2020 difokuskan melalui tiga kegiatan, di antaranya penyediaan pakan ternak kambing, penyediaan pupuk, dan cara memperbaiki reproduksi ternak kambing.
“Program pembuatan pupuk ini kami laksanakan di Kampung Matoa SP II Distrik Prafi. Kegiatan yang kita lakukan pertama kami lakukan penyuluhan dan kegiatan keduanya Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat masyarakat disekitar mereka, kami melihat masyarakat yang di sini banyak yang menanam sayur-sayuran, sedangkan mereka selama ini tergantung pada pupuk an organik seperti urea,TSP, atau pupuk NPK lainnya,” ungkap Evi.
Lebih lanjut Evi menyampaikan pihaknya memperkenalkan cara membuat pupuk yang murah dan kualitasnya tidak beda jauh dengan pupuk an organik. Untuk bahannya dapat diperoleh di sekeliling rumah, seperti kotoran kambing, daun gamal. “Dan untuk kualitas pupuk organik untuk tanah itu jauh lebih bagus dibanding pupuk an organik, karena pupuk cair ini bisa memperbaiki tanah yang sudah rusak, bahkan untuk tanaman yang dihasilkan lebih sehat, karena kita tidak berhubungan dengan yang namanya kimia-sintetik.
Dari pelatihan tersebut kami berharap masyarakat bisa buat sendiri dan digunakan untuk pertanian, bahan-bahan yang digunakan kotoran kambing, daun gamal, air, EM4 (Effetive Microorganism-4) sebagai mikroba pengurai, dan gula cair sebagai molase yang berperan sebagai sumber energy bagi mikroorganisme dalam proses penguraian, selama 14 hari” jelas Evi.
Untuk penggunaan POC ini nantinya tidak bisa langsung disemprotkan pada tanaman, tapi harus dicampurkan dengan air untuk takaran 16 liter air dicampurkan dengan POC 1 gelas Aqua. Karena kalau disemprotkan langsung pada tanaman maka tanaman akan mati.
Herry, petani komoditi tomat dan cabai di Kampung Matoa Distrik Prafi, berterima kasih karena merasa terbantu dengan adanya pendampingan dari tim Fapet Unipa, untuk pembuatan POC yang lebih ramah lingkungan serta praktis.
“Selama ini kami gunakan sebagian organik dan pupuk kimia, selama ini petani belum bisa menghilangkan pupuk kimia secara menyeluruh, namun sifatnya sudah mengurangi, karena efek penggunaan pupuk kimia ini bisa membuat tanah tandus sehingga tidak bisa ditanami dalam jangka waktu lama, dan harus ada perbaikkan tanah secara pupuk organik,” kata Herry.
Dia berharap, kegiatan pendampingan tersebut dapat dilanjutkan oleh pemerintah melalui petugas penyuluh pertanian di wilayah Distrik Prafi, sehingga seluruh petani sayur dan buah dapat menggunakan POC yang lebih praktis dan menyuburkan tanah. (aa)