BINTUNI,KLIKPAPUA.com- Sebanyak 77 perempuan dari berbagai organisasi perempuan di Teluk Bintuni unjuk keterampilan dalam Festival Noken Kemerdekaan yang digelar Yayasan Pemerhati Perempuan dan Anak (Phapeda), Sabtu (16/8/2025).
Festival perdana ini menampilkan proses merajut noken secara langsung, mulai dari pengolahan benang hingga menjadi tas tradisional khas Papua.
Antusiasme masyarakat terlihat tinggi, pengunjung tidak hanya menyaksikan, tetapi juga terlibat memberikan penilaian terhadap hasil rajutan peserta.
Salah seorang pengunjung, Monarti, mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia berharap festival noken bisa terus digelar sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus meramaikan Kota Bintuni.
“Semoga festival noken perdana ini bisa terus dilestarikan agar masyarakat tidak melupakan warisan budaya nenek moyang,” ujar Monarti yang juga konten kreator media sosial.
Bupati Teluk Bintuni, Yohanis Manibuy, menyampaikan apresiasi kepada Phapeda dan seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya festival tersebut.
Menurutnya, noken adalah simbol kehidupan, persatuan, dan kesejahteraan masyarakat Papua yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
“Melalui noken kita belajar kesabaran, kerja keras, dan kebersamaan. Karena itu, melestarikan noken sangat penting untuk menjaga identitas sebagai orang Papua sekaligus bagian dari bangsa Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Fatima Tonoy, mengaku bangga bisa ikut serta dalam festival ini.
Baginya, festival noken menjadi kesempatan untuk mengasah kembali keterampilan merajut sekaligus menambah pengalaman.
“Saya ikut merajut supaya bisa belajar lagi dan menambah pengalaman,” ungkapnya
Sejak berdiri pada 2020, Yayasan Phapeda yang digagas Evi Manibuy aktif menggelar berbagai kegiatan sosial, termasuk pemberantasan buta aksara serta pendampingan bagi perempuan dan anak.
Festival noken ini menjadi salah satu upaya nyata dalam menjaga sekaligus mempromosikan budaya lokal di Teluk Bintuni.