JAMAAH haji dari berbagai saentero dunia berbondong-bondong menuju satu tempat yang sangat muadzar, sangat mulia.
Dengan satu kalimat talbiyah yang sama “Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka.”
Yang artinya, “kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu dan kami insya Allah memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Dengan pakaian yang sama,dan hati yang tawadhu. Merendahkan diri seraya memohon ridho Allah. Ampunan dan kasih sayang Allah senantiasa mereka harapkan.
Dimana mereka berkumpul, disyariatkan dengan agama Allah, dinul Islam untuk memulai perlawatan yang amat suci. Mengambil mahkota kerajaan dunia dan akhirat, yaitu wukuf di padang Arafah.
Tentu mereka telah merasakan dasyatnya, indahnya kedamaian, kebahagiaan di tempat itu. Satu yang mereka harapkan adalah ampunan dosa, sebab disadari tidak ada satu mahluk dalam kehidupan dunia ini yang terlepas dari khilaf dan dosa.
Tidak ada satu manusia di dalam dunia ini yang tidak berdosa. Maka bagi orang mukmin (khususnya saudara-saudara kita yang ada di kota Makkah), mereka berbondong-bondong ke tempat itu, di tempat itu tidak ada yang terlihat kemewahan dunia, tetap merupakan tanah lapang yang disebut dengan Padang Arafah. Tempat wukufnya para jihat fisabilillah.
Setelah para tamu Allah melaksanakan wukuf, selanjutnya mereka berbodong-bondong menyelesaikan pelaksanaan ritual, ibadah yang mulia menuju musdalifah dalam rangka mengambil batu-batuan.
Batu-batuan itu sebagai simbol perlawanan besar yang nyata kepada syaitan laknatullah alaik. Lalu diantarkan batu itu ke satu tempat yang disebut dengan Mina, untuk melakukan jumrah aqabah, di hari yang pertama.
Tentu harum bahagia terpancar dari wajah-wajah mereka. Semua itu simbol untuk satu tujuannya adalah mengharapkan ridho Allah SWT.
Di bulan zulhijjah ini, ritualisasi tentang ibadah haji adalah merupakan rukun dan kompleksitas dari pada rukun Islam, untuk melaksanakan dan menyempurnakan dinul Islam. Maka tentu saudara-saudara kita yang ada di sana akan berbahagia di sana.
Bagi kita yang tidak berada di tempat itu, jangan bersedih. Rasullah SAW memberikan fasilitas untuk mendapatkan kemuliaan di hari arafah. Maka dianjurkan (disunnahkan) untuk berpuasa di hari Arafah.
Kata Nabi SAW “Barang siapa yang berpuasa di hari arafah, maka niscaya dia akan mendapatkan pengampunan dosa-dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Makin sempurna lagi ibadahnya, makin bertambah lagi kemuliaannya. Bagi mereka yang diberikan kewajiban, mampu lahir batin, mampu ekonomi, pesan untuk melaksanakan satu syariat, yaitu dalam bentuk berkurban.
Ustadz Muhammad Arfah,SH, MH
(Khotip Sholat Ied Idul Adha di Masjid At-Taqwa Kampung Makassar, Manokwari)