MANOKWARI,KLIKPAPUA.com–Seorang amil atau pengumpul zakat idealnya memahami kultur lokal atau tempat di mana lembaga pengelola zakat itu berada. Sehingga ketika membuat strategi atau pendekatan untuk mengajak calon muzaki menunaikan zakat akan lebih mudah.
Hal tersebut disampaikan Dwi Riyanto dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat, pada akhir pelatihan Simba, Jumat (28/10/2022) di Kantor Baznas Papua Barat, ruko H.Bauw.
“Menguasai tentang zakat dan pengeolalaannya itu penting, tapi seorang amil juga harus paham budaya, kebiasaan dan kecenderungan masyarakat di sini,” ujar pria yang beberapa tahun silam pernah ke Manokwari.
Menurutnya, pemahaman tentang kultur ini tidak hanya di masyarakat tapi juga sampai ke lingkungan birokrasi pemerintahan.
Dwi bisa memaklumi jika pengumpulan saat ini masih jauh dari target. “Kita tidak bisa membandingkan dengan daerah lain, seperti di Jawa atau Sumatera misalnya yang kultur dan iklimnya sudah terbangun,” tandas pria berkaca mata ini.
Tapi, lanjut Dwi, hal ini tidak boleh menurunkan semangat amil untuk mengajak orang (calon muzaki) menunaikan kewajiban zakatnya.
Amil harus terus melakukan kampanye dan edukasi tentang literasi zakat kepada umat. Dan itu bisa dengan berbagai cara, baik media konvensional, medsos, baliho, spanduk dan lainnya. “Intinya, umat bisa mendapatkan informasi tentang zakat dengan mudah dan kelihatan di mana-mana,” kata Dwi.
Karena boleh jadi, lanjut Dwi, ada orang yang sudah faham, tapi ketika mau membayar zakat mereka tidak tahu ke mana. “Nah, ini juga harus jadi perhatian para amil, terutama di bagian penghimpunan,” ungkap pemateri berkepala plontos ini.
Sementara itu, terkait dengan pelatihan simba, salah satu peserta,Trivin Maharani mengaku banyak ilmu dan ketrampilan yang diperoleh. “Memang selama ini kita sudah jalan, tapi dengan pelatihan kita nanti semakin baik dan lengkap membuat laporan,” ujar Trivin yang berkomitmen terus melakukan perbaikan kinerja.
Hal senada disampaikan Rabaniah, yang sehari-harinya bertugas pada pelayanan di kantor Baznas Provinsi. Nia, panggilan akrab gadis ini, mengatakan, pelatihan Simba yang berlangsung selama tiga hari ini, sangat bermanfaat.
“Tapi memang masih banyak juga yang harus dipelajari dan diaplikasikan,” ujar Nia sembari berharap pelatihan semacam ini kalau boleh diadakan lagi, terutama untuk baznas kabupaten/kota. (rls)