MAGELANG,KLIKPAPUA.com–Pelangi Nusantara Nusantara menggelar acara pagelaran parade, serasehan budaya dan ngaji nusantara dengan tema Merawat Perbedaan dalam Bingkai Kebhinekaan yang selenggarakan di Gor Tri Bakti Kota Magelang, Selasa (31/5/2022).
Ketua Panitia Mustofa Ali, menyampaikan bahwa konsep acara ini dibagi menjadi 2 sesi, pertama berlangsung dari Jam 13.00 – 17.00 WIB yang diisi dengan Parade Seni & Budaya dan sesi ke 2 berlangsung mulai Jam 19 00- 23.00 WIB yang diisi dengan Ngaji Nusantara.
“Acara inti dari Pelangi Cinta Nusantara adalah Sarasehan Budaya dan Ngaji Nusantara. DImana ngaji Nusantara ini memiliki konsep acara bincang-bincang dengan suasana santai dan kekeluargaan,” terangnya.
Acara Ngaji Nusantara tersebut diisi oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjend Pol Ahmad Nurwahid, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah sekaligus Guru Besar UIN Walisongo Prof Dr Syamsul Ma’aarif M.Ag, Kapolres Magelang Kota, AKBP Yolanda Evalyn Sebayang SIK MM, Tokoh Budaya Dr. Ngatawi Al-Zastrow, S.Ag., M.Si., serta seniman senior Sutanto Mendut, dengan moderator Sendang Wangi (CEO NuCareer.id & Pegiat Budaya).
Dalam sambutanya, Brigjen R Ahmad Nurwakhid mengapresiasi dan mendukung acara Pelangi Cinta Nusantara yang digelar di Kota Magelang.
“Semoga kegiatan ini diberkahi Allah Swt. dengan niatan bagaimana kita membangun spiritualitas bangsa dengan pendekatan seni dan budaya,” harapanya.
Ia menilai bahwa melalui kebudayaan dapat mengeliminasi paham radikalisme ekstrimisme dan intoleran di lingkungan masyarakat.
“Radikalisme muncul karena kurang piknik, sehingga tidak memahami makna dan hakiki perbedaan. Tidak toleransi terhadap keragaman perbedaan yang merupakan sunnatullah,” terangnya.
Ia juga menambahkan pendekatan seni dan budaya menjadi urgen karena dengan seni dan budaya maka akan bangkit spiritualitas di dalam kehidupan beragamanya.
Disamping itu, dalam sambutan tertulis Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang bacakan langsung oleh Kepala Bidang Ideologi dan Kewaspadaan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah Agung Satrio Prakosa, SH,MH .Gubernur mengajak kepada seluruh masyarakat Jawa tengah untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa yang ada dalam masyarakat agar dapat dijaga dan dihidupkan dengan berbagai cara.
Banyak cara yang dapat dilakukan masyarakat khususnya generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal diantaranya adalah mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita, Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh Pelangi Cinta Nusantara di Kota Magelang.
Selain itu, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah Prof. Syamsul Maarif, yang didapuk sebagai narasumber dalam Ngaji Nusantara juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Pelangi Cinta Nusantara yang sudah berusaha menguatkan untuk tetap menjaga budaya yang menyatukan dengan terus bergerak.
“Kita jangan berhenti di sini, kita harus tetap bergerak, karena hidup itu adalah murup. Maka harus senantiasa kita nyalakan api-api cinta, api-api kebudayaan, budaya yang mengharmoniskan dan mentertemukan antar iman, antar agama, dan antar etnis.
Kapolres Magelang Kota, AKBP Yolanda E. Sebayang saat ditanyai moderator mengenai cinta tanah air. Ia menegaskan bahwa apa yang ada di negara ini, apa yang menjadi ideologi kita, apa yang menjadi ajaran di negara kita itu benar-benar dikerjakan dengan kesadaran penuh dan kita melaksanakan dengan cinta.
“Langkah awal dan langkah kecil untuk mencintai negara ini dengan mencintai budayanya, salah satunya mencintai dengan memakai baju adat darimanapun yang ada di negara kita,” tuturnya.
Berbeda dengan Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Ngatawi Al-Zastrouw yang mengulas hubungan agama dan kebudayaan.
“Agama iku koyo beras beras, beras kui gaweane gusti Allah sementara kebudayaan itu carane adang, carane masak, carane dadi makanan,” jelasnya.
Jadi menurutnya jika agama hanya teks saja maka tidak akan berjalan, supaya agama bisa berjalan maka agama butuh dipikirkan, diinterprestasikan, di konkritkan dan cara untuk mengkonkritkan agama itulah kebudayaan.
“Orang yang beragama tidak berkebudayaan maka itu namanya malaikat. Malaikat itu beragama tapi tidak berkebudayaan. Orang bertuhan tapi tidak berkebudayaan itu namanya iblis, tuturnya.
Seniman asli Kota Magelang, Tanto Mendut dalam paparanya lebih melakukan upaya kritik bangsa. Kalau mencintai bangsa harusnya mulai dari kuping. Menurutnya tidak usah harus mencintai banyak.
“saya itu sekarang mencintai Mendut, saya orang kota tapi bosan urep neng kota. Karena kota yang cintai bebreki trek trek lewat. Akhirnya saya milih Candi Mendut yang punya Waisak, yang punya hubungan internasional, semua bangsa lewat dan saya pasti promosi Mendut,” tuturnya.
Acara yang digagas oleh team panitia Pelangi Cinta Nusantara dan didukung oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah yang di kemas dengan nuansa seni budaya sekaligus keagamaan ini diharapkan menjadi momentum warga kota Magelang pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, untuk terus merawat Pancasila, membangun cinta kasih agama, mengokohkan kehidupan sosial yang toleran, mempererat jalinan persatuan demi keutuhan bangsa dan negara tercinta.(rls)