PEGAF,KLIKPAPUA.COM–Berbicara Pegunungan Arfak, yang dikenal adalah hasil pertaniannya. Karena masyarakatnya ulet.
Tapi siapa sangka jika ternyata Pegaf memiliki wisata alam yang mempesona, tak lengkap rasanya apabila ke Pegaf tanpa foto-foto. Salah satu tempat wisata yang menghipnotis mata adalah Danau Anggi. Di Negeri Atas Awan di Papua Barat ini ada dua danau, Danau Perempuan (Anggi Gida) dan Danau Laki-laki (Anggi Giji). Dari namanya memiliki cerita masa lalu. (Tidak saya ceritakan ini)
Seperti biasa, awal tahun sering digunakan warga untuk berekreasi. Termasuk keluarga kami, yang memilih mengunjungi Pegaf. Kemarin saya bersama keluarga memilih ke sana. Lumayan refreshing. Apalagi tempat ini tak asing bagi saya,2008-2009 saya sempat tinggal di sini.
Matahari mulai naik, pukul 8.30 WIT kami bertolak dari Ransiki,Mansel. Memasuki Sakumi,kampung pertama Pegaf, hawa dingin mulai terasa. Saatnya bertemu Danau Perempuan, di sepanjang jalan,tak henti-hentinya kami berhenti untuk foto-foto. Pukul 10.00 WIT kami pun tiba di Kampung Tombrok-Distrik Anggi Gida, berhenti sejenak di kali. Selain airnya dingin,niatnya memang bukan untuk mandi. Kami makan bersama sambil menyemplungkan kaki ke air. Seperti biasa,sampah plastik kami bawah kembali.
Setelah 30 menit di kali,kami melanjutkan perjalanan ke Irai. Sebelum sampai ibukota Distrik Anggi ini, menjumpai Danau Laki-laki, masih sama,setiap spot yang menarik,kami berhenti untuk foto-foto. Di ibukota Irai,kami sekedar lihat-lihat. Irai bukan lagi yang dulu, sekarang bangunan mulai banyak. Tapi sepi…maklum masa libur pegawai.
Selanjutnya kami memutuskan kembali ke Ransiki. Saya menyarankan melewati Distrik Sururey. Dan bersyukur karena sekarang sudah ada jalan melingkari danau. 12 tahun lalu harus jalan kaki melewati jalan setapak dari Sururey untuk sampai ke Kampung Tomstera dan Tridaga-Distrik Taige. Alhamdulillah di kampung bermarga Kowi ini masih ada yang mengenal saya. Mereka tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Kata Ahdan,anak pertama saya. “Itu Tetta punya teman?” Saya. “Iya nak,dulu Tetta di sini”.
Pukul 12.00 WIT, akhirnya sampai di Kampung Sururey, kami berhenti sejenak. Saya bersilaturahmi bersama teman,Kaka Mihel Saiba, Kaka Ani bersama warga Sururey. Kaka Mihel sekarang menjabat Kabid Bappeda Pegaf. Di depan rumah ada 1 kuburan. Saya pun bertanya.”Ini kuburan Bapa”. Kaka Mihel menjawab.”Iya ini bapak punya kuburan”.Saya kembali bertanya. “Baru Mama mana?”.Kaka Mihel.”Mama ada ke kebun.” Almarhum bapak Mesak adalah seorang pendeta.
Tapi mereka sangat menghargai saya,yang Muslim.
Mata ini mencoba mengamati perubahan yang terjadi,tiang listrik rupanya sudah tertancap di kampung tua ini.Kaka Mihel.”Iya listrik sudah 6 jam. Ini juga baru masuk,”katanya. Saat gentset berbunyi,warga berkumpul di gereja. Saya menyetel film untuk ditonton bersama. Dulu kami hanya pakai gentset,itupun klo ada bensin. Harga bensin waktu itu Rp 20 ribu per liter. Kami lebih sering mengandalkan pelita, dan saat hendak tidur membakar kayu di tungku rumah kaki seribu.
Kami pun pamit, melanjutkan perjalanan, di sela perjalanan kami berhenti sejenak,warga yang mengenal mengajak berhenti. Kami mengambil Markisa dan Jeruk. Kami kembali lanjutkan perjalanan,lewati Kampung Kopo dan Kobrey-Distrik Sururey. Sebelum kembali ke Kampung Tombrok-Distrik Anggi Gida, kami lewati Gunung Kobrey. Gunung yang membatasi Danau Laki-laki dan Perempuan.
Sampai di Tombrok,kami membeli Markisa. Pemilik adalah warga Ransiki,yang sedang berada di kampungnya. Warga Ransiki dan Anggi sangat menyatu. Contohnya saja,nama kampung di Pegaf banyak yang sama dengan di Ransiki. Misalnya, Kampung Kobrey,Kampung Bamaha,Kampung Tridaga.
Di sini disambut hujan rintik-rintik. Saat turun gunung, hujan mulai membesar. Saya,istri,Kaka Ahdan, bersama om dan ponakan saya yang duduk di belakang,terpaksa harus menarik terpal. Di pertengahan perjalanan, kami sempat tertahan. Jalan sedikit berlumpur,ada kendaraan kesulitan menerobos. Setelah kurang lebih 30 menit,akhirnya kami bisa lewat. Sampai di Sakumi,hujan redah. Teryata Ransiki cerah. Sekitar pukul 16.30 WIT,kami tiba di Ransiki. Alhamdulillah masih bisa jamak (Duhur-Ashar).
Catatan Perjalanan Bustam
Ransiki-Anggi (PP)
2 Jan 2020