142 Siswa Pengungsi Moskona Dapat Seragam dan Tiket AMB untuk Sekolah di Kota Bintuni

0
Wabup Joko Lingara meninjau sekolah darurat bagi anak pengungsi Moskona. (klikpapua)

BINTUNI,KLIKPAPUA.com– Sebanyak 142 siswa asal wilayah Moskona yang terdampak konflik bersenjata mulai menjalani aktivitas belajar di sekolah darurat yang difasilitasi Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.

Para siswa ini juga mendapatkan seragam baru dan tiket Angkutan Masyarakat Bintuni (AMB) untuk menunjang transportasi mereka selama bersekolah di wilayah kota.

Sekolah darurat tersebut resmi dibuka oleh Wakil Bupati Teluk Bintuni, Joko Lingara, pada Selasa (4/11/2025) di SD Negeri Kali Kodok.

Para siswa terdiri dari jenjang SD hingga SMA, dan telah ditempatkan di sejumlah sekolah di wilayah kota Bintuni.

Rinciannya, siswa SD Inpres Moyeba sebanyak 36 orang, SMP Satap Moyeba 22 orang, SD Inpres Inofina 26 orang, SMP Negeri Menyerga 38 orang, serta SMA Menyerga 20 orang.

Mereka kini menempuh pendidikan di beberapa gedung sekolah berbeda sesuai jenjang masing-masing.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Joko Lingara memberikan motivasi kepada para siswa agar tetap semangat belajar meskipun menghadapi keterbatasan dan situasi sulit akibat konflik.

“Selalu ingat Tuhan dalam kondisi apapun. Walaupun kita menghadapi kesulitan, jangan menyerah untuk meraih cita-cita,” ujar Wabup Lingara.

Ia menjelaskan, penyelenggaraan sekolah darurat ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara pemerintah daerah, kepala distrik, orang tua, guru, serta forum komunikasi pimpinan daerah.

Selain meminjam ruang kelas dari sekolah-sekolah di kota, pemerintah juga menyiapkan seragam baru dan tiket AMB bagi siswa sebagai fasilitas transportasi harian.

“Kalau semua sudah disiapkan seperti ini, maka anak-anak harus lebih semangat. Tidak ada orang yang bisa mengubah hidup kita selain diri kita sendiri,” tambahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Teluk Bintuni, Henry D. Kapuangan, menyampaikan bahwa para siswa ini berasal dari Distrik Moskona Utara dan Moskona Barat.

Sebagian dari mereka bahkan sudah cukup lama tidak bersekolah akibat situasi keamanan di kampung halaman.

“Karena sudah lama mereka tidak sekolah, kami ambil keputusan untuk memindahkan dan memaksa mereka sekolah di kota. Kasihan, apalagi ada yang sebentar lagi mengikuti ujian,” kata Henry.

Bestina dan Mia, dua siswi SMP Satu Atap yang kini tinggal bersama keluarga di kota, mengaku trauma dan takut kembali ke kampung setelah insiden penembakan terjadi.

“Waktu kejadian, kami langsung telepon keluarga di kota supaya jemput. Saya takut kembali ke kampung,” ujar Bestina.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Satu Atap, Seprianus Rumbino, mengatakan para guru juga tetap berkomitmen untuk mengajar siswa yang masih tinggal di kampung melalui pola pendidikan jarak jauh, meski terkendala jaringan.

Saat ini masih ada 34 siswa yang tetap berada di kampung dan membutuhkan perhatian.

Ia berharap pemerintah bersama aparat keamanan dapat memastikan situasi kondusif di wilayah Moskona agar kegiatan belajar mengajar dapat kembali berjalan normal. (red)


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses