BNPT-FKPT Papua Barat Bekali Perempuan dan Pelajar SMP Lawan Radikalisme

0
BNPT dan FKPT Papua Barat menggelar Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku untuk pelajar SMP dan Organisasi Perempuan di Manokwari. (Foto: Elyas/klikpapua)

MANOKWARI, KLIKPAPUA.com – Ancaman radikalisme terus mengintai, terutama di kalangan generasi muda. Untuk menangkal bahaya ini, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Papua Barat menggelar program “Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku” pada Kamis (17/10/2024) disalah satu hotel Manokwari.

Sebanyak 100 peserta, terdiri dari siswa SMP, guru, dan organisasi perempuan, mengikuti kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran dan ketahanan terhadap paham radikalisme, intoleransi dan terorisme.

Musa Kamudi, Ketua FKPT Papua Barat dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat khususnya siswa SMP, guru dan organisasi perempuan agar senantiasa menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.

Laksamana Pertama TNI Imam Subekti, Direktur Perangkat Hukum Internasional BNPT, mengatakan kegiatan seperti ini untuk meningkatkan kemampuan, menumbuhkan karakter cinta tanah air agar tumbuh menjadi generasi emas.

Melalui kegiatan ini, BNPT mendorong pelajar SMP di Manokwari menjadi agen perdamaian dalam melawan radikalisme dan terorisme.

“Kami mendorong guru, siswa-siswi SMP untuk mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir orang tua, siswa-siswi dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme di lingkungan sekolah dan keluarga masing-masing,” ucapnya

Melalui program ini, BNPT berupaya untuk menguatkan ketahanan keluarga sebagai benteng pertama dalam menghadapi ancaman yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Kepala Kesbangpol Papua Barat, RM Thamrin Payapo, dalam sambutannya mengatakan, Berdasarkan penelitian BNPT tahun 2023, angka indeks radikalisme menunjukkan peningkatan sebesar 1,7 persen dibanding tahun 2022.

Hasil survei ini menunjukkan, jika indeks potensi radikalisme lebih tinggi pada perempuan generasi Z dan masyarakat yang aktif di internet dalam mencari dan mengembangkan konten keagamaan.

“Data tersebut memberikan warning bagi kita bahwa untuk terus menerus melakukan berbagai langkah dan upaya mencegah secara terencana, terukur dan berkesinambungan,” ujarnya.

Upaya pencegahan dilakukan agar tidak terjerumus akibat konten-konten negatif yang disebarkan pelaku radikalisme di media sosial maupun tindakan langsung.

Narasumber dalam kegiatan tersebut Laksamana Pertama TNI Imam Subekti, Direktur Perangkat Hukum Internasional BNPT, yang membahas tentang bahaya terorisme dan pencegahannya di kalangan perempuan dan anak.

Terdapat beberapa ciri yang harus diwaspadai yakni Anti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Klaim kebenaran atau mudah mengkafirkan, Anti pemimpin atau pemerintah yang sah.

Eksklusif dan penuh kebencian serta intoleran kepada yang lain hingga Anti seni budaya dan kearifan lokal.

Neliana Puspita Sari, Psikolog Sentra Medika, lebih membahas tentang mengembangkan kebiasaan baik, penguatan kesehatan mendal dalam keluarga, membangun ketangguhan, keunggulan dan cinta tanah air kepada anak.

Menurutnya generasi smart hadir karena orang tua hadir dalam perkembangan nalar, sikap dan gerak anak. Hal yang sangat penting yang menjadi tantangan para orang tua saat ini adalah bagaimana menghadapi adiksi gawai penyebab gangguan jiwa.

Aktivis perempuan Yuliana Numberi dari yayasan mitra Papua, membahas tentang peran anak dan perempuan untuk mengenali mencegah dan mengatasi radikalisme, intoleransi dan terorisme.

Yuliana berharap, melalui kegiatan ini dapay membekali dan memotivasi kaum hawa untuk menjadi perempuan smart dan terus menginspirasi lingkungan sosial melalui aktivitas positif yang konsisten dan kritis. (dra)



Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.