MANOKWARI,KLIKPAPUA.com— Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat Rut W. Eka Trisilowati dalam acara Temu Responden Dan Jelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021 mengatakan kegiatan ini merupakan pertemuan ke-7 yang telah di laksanakan sejak Bank Indonesia berdiri di Papua Barat pada akhir 2014.
Sebagaimana tahun lalu sejak pandemi COVID-19 melanda, kegiatan PTBI kami rangkaikan dengan Temu Responden yang merupakan bentuk apresiasi kami terhadap responden yang telah membantu kelancaran 4 survei yg dilakukan BI Papua Barat yaitu SKDU Triwulanan, SK bulanan, SPH bulanan, PIHPS bulanan dan kegiatan liaison triwulanan,” ujar Rut dalam acara Temu Responden, Rabu (24/11/2021).
Rut W. Eka Trisilowati mengatakan survei Kegiatan Dunia Usaha triwulanan digunakan untuk melihat arah pertumbuhan ekonomi triwulanan q-to-q seperti misalnya pada triwulan III 2021 yang lalu mengindikasikan kinerja kegiatan usaha yang meningkat dibandingkan tiwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang kegiatan usaha pada triwulan III 2021 sebesar 3,24%, meningkat dari triwulan II 2021 yang tercatat 0,52%.
Hal ini serupa dengan arah PDRB yang walau terkontraksi pada triwulan III 2021 namun secara q-to-q, kontraksinya dapat ditekan dibandingkan triwulan II 2021. Pada triwulan IV 2021, responden memprakirakan kegiatan usaha tetap tumbuh lebih tinggi dengan SBT sebesar 3,61%, yang berarti PDRB triwulan IV 2021 diprakirakan lebih baik dari triwulan III 2021 secara triwulanan atau q-to-q.
“ Survei Konsumen, Indeks Keyakinan Konsumen pada Oktober 2021 tercatat di atas level Optimis (Indeks: 100) dengan nilai sebesar 118,78 yang terpantau membaik sejalan dengan pelonggaran mobilitas masyarakat yang berdampak pada peningkatan aktivitas ekonomi serta penghasilan. Lebih lanjut, sentimen masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepannya juga diprakirakan optimis, tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen yang tercatat sebesar 133,78,” ungkapnya.”
Sementara dari SPH dan PIHPS jelang HBKN Natal dan Tahun Baru, sampai dengan pekan ke-3 November 2021 tercatat inflasi sebesar 1,29% (mtm) dengan lima komoditas penyumbang inflasi yaitu tomat sayur, penerbangan udara, cabai rawit, tahu mentah dan minyak goreng.
Survei-survei dan kegiatan Liason yang dilakukan BI Papua Barat menjadi alternatif sumber data utama yg dikumpulkan secara langsung untuk menjadi leading indicator arah perekenomian Papua Barat yang digunakan sebagai alternatif kebijakan immediately.
Kedepan, tentu harapan kita bersama untuk terus bersinergi serta berinovasi khususnya dalam survei yang rutin dilakukan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang semakin akurat guna mendukung pengambilan kebijakan yang bersifat immediately dan more timely response,” tandasnya.
Ditambahkannya mengenai perekonomian Papua Barat sepanjang tahun 2021 kita mengalami kontraksi pada triwulan II dan triwulan III berturut-turut walau menuju pemulihan? BI Papua Barat memprakirakan perekonomian Papua Barat sepanjang 2021 akan tumbuh dalam range -1,00 – 0,00%, diharapkan membaik dibandikan 2020 yg mengalami kontraksi -0,77% (yoy).
Adapun assessmen terkait prakiraan ini adalah: Export LNG di Triwulan IV 2021 diprakirakan meningkat dikarenakan musim dingin dan krisis energi yang menyebabkan harga Minyak Mentah naik sehingga mendorong harga LNG meningkat. Namun demikian, potensi disrupsi terhadap tidak maksimalnya produksi LNG mungkin dapat terjadi.
Konsumsi RT pada triwulan IV 2021 diprakirakan meningkat seiring dengan HBKN Natal dan Tahun Baru 2021. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit konsumsi pada Oktober 2021 tercatat 5,16% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan September 2021 yang tercatat 4,97% (yoy) yang menunjukkan daya beli masyarakat mulai meningkat. Google Mobility Index per November 2021 menunjukkan nilai pergerakan secara rata-rata pada setiap tempat menjadi sebesar 7,34%, membaik dibanding Oktober 2021 yang tercatat hanya sebesar 4,86%. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah APBN dan APBD pada triwulan IV 2021 menjadi penghambat dikarenakan penyerapannya yg masih lebih rendah dibanding tahun 2020.
Kemudian dari sisi pertumbuhan uang beredar (outflow) sepanjang 2021 diprakirakan mencapai Rp3,13 T, lebih tinggi dari 2020 sebesar 1,72% (yoy). Peningkatan uang beredar sejalan dengan PDRB Non-Migas yang turut meningkat. Kondisi SSK pada Oktober 2021 khususnya kredit membaik dengan pertumbuhan sebesar 7,12% (yoy) dan NPL masih berada dibawah ambang 5% sehingga dinilai masih sehat. Namun demikian, pertumbuhan DPK dan aset masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Sehingga dalam rangka mempercepat dan memperluas digitalisasi daerah terutama untuk mendorong implementasi Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) dan berdasarkan Permendagri No. 56/2021 telah terbentuk 12 dari 14 Prov/Kab/Kota TP2DD di Papua Barat, mendukung pengembangan transaksi pembayaran digital (non-tunai) masyarakat dan mewujudkan keuangan inklusif, Bank Indonesia telah menyusun Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Sehubungan dengan hal itu, Bank Indonesia secara nasional memperkenalkan berbagai macam program diantaranya adalah QRIS 12 Juta Merchant, Infrastruktur Sistem Pembayaran 24/7: BI-FAST yang akan diluncurkan pada minggu kedua Desember 2021, Satgas P2DD yang bekerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pilot Project Implementasi Digitalisasi Pasar Tradisional dan Pusat Perbelanjaan yang bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan,” ucapnya.
Seiring dengan terbentuknya TP2DD di Papua Barat, Bank Indonesia Papua Barat juga bekerja sama dengan Penyelenggara Jasa Pembayaran (PJP) sehingga merchant QRIS di Papua Barat mencapai 18.362 yang tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten di Papua Barat. Bank Indonesia Papua Barat akan menerapkan Pasar Remu Kota Sorong dan Saga Mall Sorong sebagai wilayah SIAP QRIS (Sehat, Inovatif dan Aman Pakai QRIS) di minggu pertama December 2021 dimana sebagian besar pedagang/merchant dilengkapi dengan QRIS sebagai salah satu opsi kanal pemabayaran digital masyarakat. Melalui program-program tersebut, ekosistem digitalisai Papua Barat bertahap dibangun.
“ Ekspektasi 2022 kedepan, kami meyakini ekonomi Papua Barat pada 2022 akan pulih setelah mengalami tantangan yang cukup berat pada 2020 dan 2021. Kunci pemulihan ekonomi Papua Barat pada 2022 adalah kemampuan mengendalikan COVID-19. Tren kasus COVID-19 yang menurun dan upaya pengendalian dengan vaksinasi masih harus kita jaga bersama,” pungkasnya.(rls/aa)