UDIN merupakan mahasiswa semester 5 jurusan Agronomi dan Hortikultura IPB (Institut Pertanian Bogor). Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari pengelolaan tanaman pertanian agar dapat meningkatkan jumlah produksi dengan kualitas yang baik. Sedangkan hortikultura mempelajari pembudidayaan tanaman dengan lebih berfokus pada perawatan yang intensif.
Di program studi Agronomi dan Hortikultura atau disingkat AGH, Udin banyak belajar mengenai proses dan teknik pengelolaan tanaman pertanian mulai dari pengolahan tanah, penanaman benih, pemupukan, penanganan hama dan penyakit tanaman, hingga siap di panen.
Selain itu, Udin juga tidak hanya mempelajari tentang pertanian tetapi juga tentang pelestarian lingkungan.
Udin memiliki nama lengkap Raimundus Udin Bamulki. Tapi Ia lebih suka dipanggil Udin saja. Sebab menurutnya panggilan itu mengingatkannya pada Sultan Hasanudin. Seorang pahlawan yang menjadi inspirasi Ayahnya dalam memberikan nama.
Udin lahir di Oksibil Pegunungan Bintang pada 7 Januari tahun 2000. Sejak kecil, Udin selalu memiliki stok cita-cita, dua di antaranya adalah menjadi seorang Kapten Kapal dan menjadi tentara, karena dua hal itulah yang paling akrab dengan imajinya.
Ia berpikir bahwa akan sangat keren bila kelak Ia menjadi kapten kapal atau tantara. Tetapi semua cita-citanya itu berubah haluan ketika Ia duduk di bangku SMA berkat usahanya, Udin mendapat beasiswa untuk sekolah di Sekolah GenIUS (Tangerang).
Kemudian sekolah barunya itu memperkenalkan Udin pada dunia yang lebih luas. Pada ilmu pengetahuan, profesi, bahkan beberapa perguruan tinggi ternama baik dalam maupun luar negeri.
Sejak saat itu, curiosity Udin pada bidang akademik meningkat. Bakat serta kecenderungannya pun mulai tampak. Bahkan kepekaan sosialnya kian terasah, lalu tumbuhlah preferensi serta ketertarikannya pada pertanian juga pelestarian lingkungan.
Maka sejak saat itu pula, Udin memiliki cita-cita baru untuk dapat menjadi penyuluh pertanian yang bisa membawa Papua menjadi produsen pangan dengan skala tinggi. Hal itu juga Ia maksudkan sebagai cita-citanya untuk membawa kesejahteraan bagi masyarakat Papua.
Udin yakin bahwa ke depan masyarakat Papua khususnya masyarakat oksibil Pegunungan Bintang, dapat menjadi masyarakat yang mandiri dan berdaulat secara pangan.
Menyadari bahwa pada tahun 2050, kebutuhan masyarakat Indonesia pada pangan diperkirakan meningkat dua kali lipat dari sekarang. Terlebih, sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Negara yang memiliki lahan pertanian yang luas, sumber daya alam beraneka ragam serta melimpah. Sehingga tidak heran bila sektor pertanian di Indonesia mampu menjadi penopang ekonomi rakyat.
Itulah yang Udin harapkan. Bahwa pertanian dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Papua. Semua itu akan tergapai bila masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama. Bergotong royong saling mengisi peran. Serta, harus ada seseorang yang dengan ilmunya, mampu melakukan perbaikan serta perubahan pada sektor pertanian di Papua.
Untuk itu, Udin terus belajar dengan sungguh-sungguh hingga lulus SMA. Lalu berkat usaha kerasnya, Udin kembali mendapat kesempatan belajar lebih tinggi. Tak pernah terlintas di benak Udin sebelumnya, bahwa Ia akan menjadi seorang mahasiswa pertanian di sebuah kampus ternama.
Udin sadar bahwa Ia hanyalah anak dari seorang buruh kapal yang berpenghasilan pas-pasan. Apalagi Udin merupakan 8 bersaudara. Ia memiliki 7 orang adik yang juga harus mendapatkan perhatian dari orang tuanya baik secara material maupun immaterial.
Udin selalu kagum pada ayahnya. Terutama pada karakter ayahnya yang rendah hati dan pekerja keras. Karakter inilah yang kemudian turun kepada Udin. Ayah Ibunya juga selalu mendukung terkait dengan pilihan Udin. Apapun yang Udin pilih untuk masa depannya, Ayah Ibunya selalu mendoakan.
Namun, ada satu pesan yang hingga kini selalu menjadi penerang bagi Udin, yaitu wejangan dari Sang Ayah; “kerja jangan cuma cari uang Din, tapi utamakan jadi orang yang bermanfaat banyak.”
Pesan tersebut terpatri dalam hati Udin. Kerap menjadi pelita hati terutama bila dirinya mulai merasa gundah akan masa depan. Selama 5 tahun ini, hal tersebutlah yang menjadi penguat bagi Udin. Selama 5 tahun ini pula, Udin belum pernah pulang sekalipun ke Oksibil semenjak pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Jawa. Tekadnya mengatakan bahwa Ia hanya akan pulang bila sudah lulus kuliah, bila Ia telah mampu membawa bekal dan ilmu. (red)