KLIKPAPUA.COM, JAYAPURA– Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua merilis Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Mei 2019 naik 0,11 persen menjadi 91,92 dibandingkan NTP April 2019 tercatat 91,82 persen.

Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa BPS Papua, Kartika Apriyanthi dalam keterangan persnya di Aula Sasana Gama kantor BPS Papua Dok II Jayapura menyebutkan berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, kenaikan indeks NTP disebabkan oleh perubahan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,67 persen, lebih kecil dari perubahan indeks harga diterima petani yang mengalami kenaikan angka indeks sebesar 0,77 persen.

Lebih lanjut Kartika menjelaskan NTP Provinsi Papua bulan Mei 2019 menurut subsektor yaitu: NTP  Subsektor  Tanaman  Pangan  85,82 persen;  NTP  Subsektor Holtikultura  84,17 persen;  NTP  Subsektor  Tanaman  Perkebunan Rakyat 97,67 persen; NTP Subsektor Peternakan 105,08 persen dan NTP Perikanan 100,53 persen. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap 107,79 persen dan NTP Perikanan Budidaya 80,70 persen.

Disebutkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk keperluan produksi hasil pertanian pada Mei 2019, Papua sebesar 133,88 atau naik 0,67 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 132,99.

“Kenaikan gabungan tersebut didorong oleh naiknya pada semua subsektor yaitu subsektor Tanaman Pangan naik 0,68 persen, subsektor Hortikultura naik 0,70 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,63 persen, subsektor Peternakan naik 0,58 persen, dan subsektor Perikanan naik 0,78 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Papua pada Mei 2019 adalah 114,13 atau naik 0,62 persen. Berdasarkan subsektor, tercatat subsektor Tanaman Pangan naik 1,78 persen, subsektor Hortikultura naik 0,52 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 4,88 persen, subsektor Peternakan naik 1,31 persen dan subsektor Perikanan naik 1,71 persen.

Secara nasional, Kartika menjelaskan bahwa dari 33 provinsi, 17 provinsi mengalami peningkatan NTP sementara 16 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP dimana Yogyakarta tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu  2,01  persen  sedangkan  NAD  tercatat  mengalami penurunan NTP terbesar yaitu sebesar -2,10 persen.

Sedangkan inflasi pedesaan di Papua ini tercatat lebih besar dibandingkan deflasi perdesaan nasional yang naik 0,59 persen. Dari 33 provinsi tercatat 30 provinsi mengalami inflasi perdesaan, tiga provinsi mengalami deflasi perdesaan. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Gorontalo yaitu sebesar 1,85 persen dan inflasi terendah terjadi di Nusa Tenggara Timur sebesar 0,35 persen. Deflasi perdesaan terbesar terjadi di Bali yaitu turun sebesar -0,39 persen dan deflasi terkecil terjadi di Jawa Timur yaitu turun sebesar -0,001 persen.

Editor: Carol Riquen


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.