Pawai Budaya dan Tradisi Gunungan Warna Grebeg Syawal 1443H di Bintuni

0
Pemasangan blangkon dari sesepuh Jawa di Teluk Bintuni kepada Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan dan Bupati Teluk Bintuni Petrus Kasihiw saat acara Grebeg Syawal 1443H.
BINTUNI,KLIKPAPUA.com— Kirab budaya atau pawai budaya Jawa dan tradisi gunungan meramaikan acara grebeg Syawal 1443 Hijriah dan hari lahir Paguyuban Keluarga Wong Jowo (Pakuwodjo) ke 10 tahun Selasa (10/5/2022).
Dilepas Bupati Petrus Kasihiw dari gelanggang Argosigemerai (SP 5) kirab budaya diikuti sebanyak kurang lebih puluhan kendaraan dan ratusan warga dengan mengenakan berbagai kostum dan kesenian seperti kuda lumping, reog ponorogo dan pencak silat.
Kirab budaya di kawal langsung satuan polisi lalu lintas (satlantas) Polres Teluk Bintuni mulai dari gelanggang Argosigemerai, memutar di kawasan GSG dan finish di pendopo Pakuwodjo Kampung Awarepi.
Tiba di pendopo sesepuh adat Mbah Sabar menyerahkan sebanyak 9 gunungan yang melambangkan wali songo, isinya berupa hasil panen warga, buah-buahan, jajan pasar, dan juga ketupat lepet, barang pecah belah dan buah-buahan kepada pengurus Pakuwodjo yang diterima Ketua Pakuwodjo Teluk Bintuni Syamsul Huda di pendopo.
Bupati Kasihiw ketika melepas kirab budaya tersebut mengatakan, tradisi gunungan menandakan budaya Jawa yang harus tetap dijaga di bawa ke mana saja di seluruh bumi ini. “Mari kita jaga persatuan dan kesatuan, di mana bumi di pijak di situ langit di junjung,” katanya.
Ritual grebeg Syawal merupakan ritual yang dilakukan setiap bulan Syawal pasca Hari Raya Idul Fitri. Diah wulaningrum seksi acara kegiatan mengatakan, adapun ritual grebeg Syawal adalah ucapan syukur umat manusia setelah satu bulan penuh puasa ramadhan, sementara tradisi gunungan menyusun hasil panen dibuat menyerupai gunung dengan bentuk kerucut bermakna ucapan syukur atas pemberian Tuhan kepada manusia berupa hasil yang melimpah.
“Maknanya ungkapan syukur kepada Tuhan bahwasanya ada Rahmat yang diterima dalam bentuk materi atau hasil panen yang melimpah diwujudkan dalam gunungan Syawal ini, ujarnya.
Gunungan ini nantinya akan dibagikan kepada warga sebagai simbol keberkahan, masyarakat Jawa percaya bagi siapa yang mendapatkan gunungan tersebut maka akan mendapatkan keberkahan tersendiri.”
“Pada dasarnya gunungan jika mengikuti zaman nenek moyang lebih kepada hasil palawija dan lain-lain, namun karena sudah dipengaruhi zaman moderen sehingga diramaikan dengan barang pecah belah dan peralatan dapur. Tak hanya gunungan, penampilan kesenian Jawa juga meramaikan seperti kuda lumping dan pencak silat setia hati,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama Gubernur Provinsi Papua Barat Dominggus Mandacan menyampaikan, Pakuwojo merupakan salah satu mitra strategis pemerintah yang ada di mana mana, tapi tidak kemana mana.
Dikatakan Gubernur, di Provinsi Papua Barat memiliki beragam budaya yang sangat melimpah, sehingga perlu dijaga dan dirawat dengan selalu menumbuhkan, menjalin tali persaudaraan persatuan dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Melalui kesempatan tersebut, Gubernur juga mengucapkan selamat memperingati HUT ke 10 Pakuwojo, dan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah bagi umat Muslim. (dr)

Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.