Anak-anak Papua Pasti Bisa

0
Zaitun Masipa menceritakan perjalanannya menjadi teknisi produksi Tangguh LNG di booth BP saat IPA Convex 2019, 4 September 2019. (Foto: Bustam/klikpapua.com)

KEGIATAN industri minyak dan gas (Migas) turut memberikan sumbangsih bagi peningkatan perekonomian warga yang berada di ring 1, untuk penyebutan terhadap lokasi dimana kegiatan Migas dilakukan. Tidak hanya berbicara masalah perekonomian, melalui kegiatan Migas juga bergantung asa anak-anak yang sedang menapaki anak tangga pendidikan dengan semangat yang terus disemai.

Untuk menopang suksesnya pendidikan, BP (British Petroleum) memiliki kepedulian untuk menunjang pendidikan, satu dari beberapa program yang dijalankan yakni memberikan pemagangan bagi teknisi Papua sesuai minat untuk mengembangkan diri.

Bahkan BP terus berupaya memenuhi komitmen menyerap tenaga kerja lokal pada blok Migas Tangguh, Papua Barat. Perusahaan minyak asal Inggris tersebut menjadi operator blok Tangguh.

Salah satu cara untuk mendorong penyerapan tenaga kerja lokal adalah dengan menyelenggarakan program pendidikan vokasi. Dengan adanya program ini diharapkan tenaga kerja yang tersedia sesuai dengan kebutuhan.

Zaitun Masipa, gadis lulusan SMP asal Tofoi, Distrik Sumoro, Kabupaten Teluk Bintuni, adalah satu dari sekian anak-anak Papua yang berhasil menjadi bagian dari perusahaan migas dunia itu.

Zaitun Masipa menuturkan perjalanannya menjadi teknisi produksi Tangguh LNG di Papua Barat, tidaklah mudah.

Sejak SMP Zaitun Masipa sudah memupuk mimpinya untuk bekerja di Tangguh LNG, Papua Barat. Sederhana saja, dia ingin memastikan operasional produksi LNG perusahaan migas itu tidak membawa dampak buruk bagi kampungnya.“BP beroperasi di daerah yang sangat dekat dengan kampung saya,” tuturnya.

Zaitun ingin memastikan operasional Tangguh LNG berjalan baik, tidak hanya memproduksikan LNG, tapi juga limbah-limbahnya diolah agar tidak membahayakan lingkungan di sekitar kampungnya, yang banyak warga berprofesi sebagai petani dan nelayan.

“Kalau saya tidak di sana, saya tidak tahu operasionalnya berjalan bagus atau tidak, bisa membahayakan kampung saya yang di dekat sana atau tidak. Bahaya terbesar adalah ledakan, jadi harus saya pastikan aman,” katanya di booth BP saat IPA Convex 2019 pada 4 September 2019.

Zaitun lalu mencari informasi bagaimana ia bisa bekerja di Tangguh LNG yang dioperasikan oleh BP. Kesempatan pun datang saat BP memberikan kesempatan kepada anak-anak Papua untuk belajar di SMK Migas di Cepu, Jawa Tengah. Maklum di kampungnya pendidikan hanya ada sampai SMP. Untuk melanjutkan pendidikan SMA harus ke ibukota Kabupaten Teluk Bintuni.

Ia pun mengikuti seleksi. Hingga akhirnya, pada 2009 dia resmi masuk ke sekolah di Cepu. “Saat itu saya bilang, saya putri Papua. Saya harus mengoperasikan plant yang ada di sana, saya harus bisa mengoperasikan Tangguh LNG. Saya tidak mau kalau ada orang nanya, saya tidak tahu, padahal itu daerah saya. Meski saya perempuan, saya harus bisa,” katanya.

Tekad Zaitun tidak surut meski orangtuanya sempat khawatir lantaran harus melepas putrinya sekolah di luar Papua, di Jawa. Tempat dengan jarak yang sangat jauh dari kampungnya. “Kata orangtua, saya takut kamu tinggal di kolong jembatan, tapi saya coba yakinkan orantua saya, tidak mungkin saya tinggal di kolong jembatan, karena ini dibiayai oleh BP,” katanya.

Setelah berhasil meyakinkan orang tuanya, Zaitun berangkat ke Jawa untuk belajar tentang produksi migas. Lulus dari SMK Migas di Cepu pada 2012, dia pun melanjutkan pendidikan ke PEM (Politeknik Energi dan Mineral) Akamigas Cepu.

“Di situ dibatasin juga, pada angkatan saya cuma diambil 3 orang. Lagi-lagi saya terpilih di antara 3 itu, saya senangnya luar biasa karena impian saya untuk bisa bergabung di BP semakin lebar,” kenangnya.

Setelah lulus, dia mendapatkan tawaran dari BP untuk ikut intership program selama 6 bulan. Lulus dari internship program, ternyata tidak lantas membuat Zaitun langsung masuk ke BP Indonesia. Dia masih harus menjalani BP Technician Apprentice Program di Ciloto, Jawa Barat selama 3 tahun sejak Februari 2016 hingga Februari 2019.

Kemampuan Bahasa Inggris tentu mutlak diperlukan ketika bekerja di perusahaan migas asing. Ini menjadi tantangan tersendiri baginya.

“Kita sering susah berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Kita juga kesulitan menjawab tes-tes dalam Bahasa Inggris sehingga kita cari teman-teman yang pintar Bahasa Inggris untuk mengajari kami,” imbuh lulusan SMP Stella Maris, Tofoi ini.

Perjuangan panjang tersebut akhirnya membuahkan hasil saat Zaitun berhasil menjadi BP production technician pada April 2019 lalu. Adanya perusahaan migas di wilayahnya turut membantu perekonomian masyarakat setempat. “Saya katakan kami anak-anak Papua bisa, asal kami diberikan kesempatan, kami pasti bisa,” tuturnya.

Menurutnya, BP bukan hanya peduli dengan pendidikan masyarakat di wilayah operasionalnya, tapi juga ikut berperan mengembangkan ekonomi lokal. “Ibu dan bapak saya petani. Hasil pertanian mereka dikirim ke BP dan dibeli langsung. Saya mulai berpikir bagaimana kalau tidak ada BP kedua orangtua saya menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya,” paparnya.

Cerita lain datang dari Siva Irawanas, gadis asal Kampung Kokas, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, yang bercerita tentang keberhasilannya menjadi bagian dari perusahaan migas.

Siva berasal dari keluarga sederhana. Untuk menggapai mimpinya tidaklah mudah. Sejak lulus SMA, ia sempat kuliah di Politeknik Fakfak. Tapi karena terhimpit ekonomi, Siva terpaksa harus berhenti kuliah.

Setelah sempat menganggur enam bulan, dirinya mendapat kabar ada penerimaan BP Technician Apprentice Program. “Saya kemudian masukan berkas, dan alhamdulillah lulus,” kenangnya.

Kini Zaitun Masipa dan Siva Irawanas telah dipercaya mengoperasikan kilang Tangguh LNG yang beroperasi di sekitar kampung mereka. Mimpi keduanya ternyata mampu mengobarkan semangat anak Papua lainnya.

Kepala Perwakilan SKK Migas wilayah Pamalu, A. Rinto Pudyantoro mengatakan, program pemagangan teknisi Papua merupakan wujud dari komitmen Tangguh untuk mengembangkan tenaga kerja lokal di Papua Barat, yang selaras dengan komitmen AMDAL 85% tenaga kerja asal Papua di Tangguh LNG pada tahun 2029.

Pemagangan teknisi Papua di Petrotekno- Ciloto, Jawa Barat.(Foto: Bustam/klikpapua.com)

Program ini, kata Rinto, bertujuan melatih lulusan SMA dan SMK dari Papua Barat, khususnya yang berasal dari wilayah sekitar Teluk Bintuni, Teluk Berau, Fakfak, Manokwari, dan Sorong untuk menjadi tenaga ahli yang kedepannya mampu mengoperasikan kilang Tangguh LNG.

Dikatakan Rinto, dari 2016 hingga 2018 program tersebut telah berhasil menyaring bibit-bibit muda berprestasi dari Papua Barat dalam tiga angkatan. Setiap angkatan menyaring 40 peserta.

Pada 28 Januari 2019, lanjut Rinto, peserta program pemagangan teknisi Papua Tangguh angkatan pertama  telah berhasil menyelesaikan program. “Kini 32 orang pemagang angkatan pertama telah bekerja di proyek Tangguh LNG,” ujarnya.

Fasilitas Pendidikan Lengkap

Managing Direktor Petrotekno, Hendra Pribadi mengatakan, BP bekerja sama dengan Petrotekno dalam mendidik dan melatih siswa-siswa magangnya.

Lokasi pendidikan dipilih di kawasan Lembah Hijau, Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, untuk menciptakan ketenangan bagi para siswa.

Skill Center Inteface Manager BP, Dica Chandra Yuana menjelaskan, pusat pelatihan ini memiliki fasilitas yang lengkap, seperti laboratorium komputer, small plant, area akomodasi, bengkel, kelas, ruang santai dan klinik kesehatan. “Siswa belajar dari Senin hingga Sabtu mulai pukul 07.00 hingga 17.00, kecuali hari Sabtu setengah hari,” ujarnya.

Para peserta mengikuti program pendidikan selama tiga tahun dengan pelatihan teknis yang komprehensif, termasuk peningkatan kemampuan berbahasa Inggris, matematika, dan ilmu sains.

Pelatihan yang diberikan berupa teori dan praktik, dan dilakukan oleh tenaga pengajar berpengalaman dari Inggris dan beberapa negara lainnya. Mengingat pengoperasian LNG yang memerlukan keterampilan tinggi, fokus pelatihan mengedepankan keselamatan. “Di sini para siswa dilatih bagaimana masalah dapat diselesaikan tanpa mengkompromikan aspek keselamatan,” katanya.

Setiap akhir tahun, lanjut Dica, dilakukan evaluasi untuk menentukan keberhasilan setiap siswa dalam melanjutkan program pendidikan.

Setelah tiga tahun, siswa yang lulus assessment akan mendapatkan sertifikasi internasional dari Global Vocational Qualification, Inggris, yang dapat menjadi bekal mereka bekerja di kilang Tangguh LNG maupun proyek migas lainnya.

Menurutnya, Tangguh terus berkomitmen untuk mengembangkan talenta lokal Papua Barat melalui berbagai program berkelanjutan yang menyasar pada pendidikan serta peningkatan kemampuan.

Selain program pemagangan teknisi Papua, beberapa program yang kini tengah berjalan antara lain program beasiswa, serta berbagai pelatihan teknis yang dirancang untuk memaksimalkan potensi tenaga kerja Papua Barat.(Bustam)

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.