BI Optimis Pertumbuhan Ekonomi 2019 Capai 5,1 Persen

0
Kantor Bank Indonesia di Jakarta. (Foto : Ist)

JAKARTA,KLIKPAPUA.COM — Bank Indonesia masih optimistis pertumbuhan ekonomi 2019 mencapai 5,1 persen dan 2020 kisaran 5,3 persen seiring dengan tiga kali pelonggaran moneter dan relaksasi kebijakan makroprudensial.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut terpengaruh kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan. Kondisi ekspor diperkirakan belum membaik seiring dengan permintaan global dan harga komoditas yang menurun. Meski demikian beberapa produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor tetap tumbuh positif.

Oleh sebab itu, pemangkasan suku bunga acuan 25 basis poin bulan ini menjadi 5,25 persen dan sejumlah relaksasi kebijakan makroprudensial diyakini akan memberi stimulus dalam pertumbuhan ekonomi. “Indonesia kami perkirakan di bawah titik tengah 5,2 persen masih 5,1 persden tahun ini dan 5,1 persen tahun depan sampai 5,3 persen,” jelasnya di kantor BI, Kamis (18/9/2019).

Menurut Perry, kondisi ini membuat sejak awal tahun BI memang mengarahkan seluruh kebijakan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu untuk langkah pre-emptive dampak dari ketegangan perdagangan dunia yang menurun.

Oleh karena itu, kebijakan yang sudah dilakukan yakni pemangkasan dua kali suku bunga acuan serta pelonggaran likuditas tidak hanya mengandalkan strategi operasi moneter. “Kita juga melonggarkan LTV kita juga melonggarkan RIM. Jadi langkah sudah kita lakukan dan perlu diperkuat sebagai langkah antisipatif dampak ketegangan perdagangan dunia,” tuturnya.

Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, ketegangan perdagangan dunia masih akan berlanjut dan membuat BI merevisi asumsi pertumbuhan ekonomi.

Semula, BI memprakirakan ekonomi global tumbuh 3,2 persen tahun ini dan 3,3 persen pada tahun depan. Kondisi ini menurun akibat eskalasi perang meningkat usai pengenaan tarif baru yang menurunkan perdagangan dunia.

Perry memprakirakan dampak terhadap daya dukung pertumbuhan ekonomi kita, dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia tentu akan memberi tekanan pada ekspor. “Ini kita lihat dampaknya ada kecuali untuk sejumlah manufaktur seperti otomotif, komoditas emas,” papar Perry. Atas pertimbangan itu, BI memutuskan memberi relaksasi ekstra untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Sumber:BisnisIndonesia

 


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.