Doa Pemulihan Bagi Tanah Papua, Gubernur : Ampuni Orang yang Bersalah Kepada Kita

0
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan ketika memberikan sambutannya pada acara Doa Pemulihan Bagi Tanah Papua, Kamis (19/9/2019) malam di Lapagan Borasi Manokwari. (Foto : Ist)

MANOKWARI,KLIKPAPUA.COM–  Tujuan hidup berbangsa adalah membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Kata seutuhnya artinya tidak boleh ada perbedaan atau disktriminasi dalam bangsa ini, baik antar sesama suku, agama, dan budaya. Sebab sejak awal telah disepakati hidup bersama dalam perbedaan.

Demikian Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan dalam sambutannya pada acara Doa Pemulihan Bagi Tanah Papua, Kamis (19/9/2019) malam di Lapangan Borasi Manokwari.

Esensi dari membangun manusia sesutuhnya adalah menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat. “Artinya orang-orang yang hidup dalam nilai kemanusiaan yang tinggi dan berkeadaban. Sikap yang saling menghargai dan saling menghormati adalah wujud menusiaan yang sesungguhnya. Selama kita tidak saling menghargai maka akan muncul banyak konflik dan sebaliknya jika kita bisa saling menghormati maka kedamaian dan ketentraman dapat terwujud,” jelas Gubernur.

Lanjut Gubernur, manusia yang bermartabat pasti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga mampu memaafkan orang yang bersalah kepadanya. “Itulah inti dari kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, sebab naluri manusia selalu menuntut balas yang setimpal dengan perbuatannya, tetapi kasih menutupi banyak pelanggaran.”

Orang dunia tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan, tapi anak-anak Tuhan yaitu orang-orang yang hidup dengan standar kerajaan Allah pasti akan bisa melakukan apa yang dikerjakan oleh Bapaknya di Sorga,” demikian kata Gubernur.

Seperti firman Tuhan berkata,” Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Bahkan kata Gubernur, Yesus juga mengajarkan untuk mengampuni dan mengasihi orang-orang yang membenci kita, keteladanan Kristus harus menjadi dasar hidup orang Papua, sebab kita semua telah ditebus oleh darah Kristus untuk menjadi anak-anak Allah yang mulia.

“Orang-orang yang masih suka menghina orang Papua sesungguhnya menunjukkan bahwa mereka masih hidup dibawah nilai-nilai yang rendah. Karena itu kami menolak  dengan tegas sikap penghiaan terhadap orang Papua dan sesama manusia lainnya,” tegasnya.

Ia juga mendorong segenap bangsa Indonesia dapat hidup dalam nilai-nilai peradaban yang tinggi dengan mengembangkan kesadaran untuk saling menghargai dan mengasihi serta menjauhi sikap rasisme yang membangun gab di antara sesama anak bangsa dan melemahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Disisi lain , juga harus menghindari sikap anarkisme yang menimbulkan ketikdaknyamanan hidup dalam rumah sendiri. Oleh karena itu, Gubernur mendorong gereja untuk terus berupaya membangun manusia Papua yang baru yang diciptakan bukan dari debu tanah, tetapi dari material kerajaan yang sempurna, yaitu kristus.

Peristiwa 19 Agustus 2019 adalah catatan kelam yang merugikan  kita semua baik pemerintah, gereja, maupun masyarakat, sebab peristiwa ini telah menganggu roda kehidupan di tanah ini.

“Oleh karena itu kami mengimbau kepada segenap rakyat Papua untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Mengampuni bukan sikap yang lemah, tapi jurstu menunjukkan kekuatan dalam diri kita yang tidak bisa dilakukan oleh dunia ini,” demikian kata Gubernur.

Dalam kesempatan itu, Gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada hamba Tuhan Pdt. Gilbert Lumoindong yang berkenang hadir  kembali ke tanah Papua membawa berkat damai sejahtera dan masa depan yang gemilang kepada seluruh orang Papua dan penduduk yang ada di tanah ini. (bm)

 

 


Komentar Anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.